
Sekolah Aswaja Unisnu Jepara, Bahas Isu Perempuan di Ruang Publik
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Inovasi (LPPI) Unisnu Jepara melalui Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah (PSAA) Unisnu Jepara kembali melanjutkan kegiatan Sekolah Aswaja. Kali ini, tema yang diulas mengenai “Aswaja, Perempuan dan Ruang Publik” dengan menghadirkan narasumber Dr. Mayadina Rahmi Musfiroh, M.A., Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Unisnu Jepara yang bertempat di ruang seminar Pascasarjana Unisnu Jepara, pada Kamis (21/6/22).
Kegiatan ini diikuti oleh akademisi Unisnu Jepara serta organisasi masyarakat di Kabupaten Jepara, seperti Jaringan Gusdurian Jepara, PC. GP. Ansor Jepara, dan Lakpesdam PCNU Jepara. Dalam pemaparan materinya, Dr. Mayadina memantik forum dengan menyampaikan pertanyaan inti yaitu bagaimana Aswaja memposisikan perempuan? Bagaimana peran perempuan di ruang publik dalam lensa Aswaja? "Kita harus merunut kondisi perempuan pra-Islam. Kala itu perempuan diposisikan sebagai objek, bahkan jati diri sebagai manusia diragukan. Misal warisan saja hanya separuh, tradisi penguburan bayi perempuan hidup-hidup, perempuan dianggap sebagai aib, poligami tanpa batas, bahkan tidak dapat warisan. Jadi pelan pelan setelah kedatangan Islam, kondisi mulai tertata. Rekognisi Alquran terhadap perempuan ini mulai kelihatan,” Ujarnya.
Ia juga menambahkan, narasi perempuan dalam Alqran seringkali tidak dideskripsikan secara utuh dan sempurna. Seperti watak, ciri fisik, biologis masing masing tokoh. Lalu nama-nama perempuan sering disembunyikan, misal istrinya Nabi Nuh, Istrinya Ismail, dll. Tokoh perempuan tidak pernah menjadi tokoh utama dalam setiap kisah di Alquran. Selalu menjadi second actor. “Tetapi masing-masing tokoh perempuan selalu memiliki karakteristik yang lebih jelas satu sama lain, misalnya Ratu Saba' sebagai perempuan cerdik dan pandai berpolitik. Lalu istri Firaun sebagai istri yang keibuan dan penuh kasih. Istrinya Al Aziz diilustrasikan sebagai sosok romantis, feminim, indah, pandai menggoda, suka mengarang, jahat, dan penuh tipu. Di sisi lain Zulaikha juga memiliki sifat yang mengakui kesalahan telah menggoda Yusuf," tambahnya.
Dalam sesi diskusi, peserta Sekolah Aswaja dari Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisnu Jepara beliau Bapak Edi Susilo, S.E., M.Ek., menyampaikan konsep perempuan sekarang itu penuh dilematis. Masyarakat Barat terkesan lebih menghargai perempuan. “Sebenarnya secara historis memang banyak perempuan yang hebat, tapi saya sekarang akan menyoroti tentang sudut pandang perempuan. Memang konsep perempuan sekarang di mata Barat lebih menghargai perempuan.. Saya juga menyoroti negara yang mengaku negara Islam malah merendahkan perempuan,” ujarnya.
Sebagai tanggapan, Dr. Maya menyampaikan, “peremouan di Barat itu dapat hak suara baru akhir abad ke-19, jauh ketinggalan dari Islam. Kita tidak bicara Barat dan Timur. Yang kita ajarkan adalah prinsip universal di Al Quran. Bagaimana prinsip Islam tentang relasi laki-laki dan perempuan. Ya'muruna bil ma'rufi itu menyangkut semua bidang. Perempuan dan laki laki itu mitra penolong satu sama lain. Bagaimana sistem tidak mencederai pengalaman biologis dan sosial perempuan seperti haid, hamil, menyusui. Bagaimana laki-laki memandang perempuan sesama manusia dengab setara." Ia menambahkan, “sampai sekarang masih ada pendiskreditan perempuan, pelabelan negatif, double burden, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan."
Komentar