Perspektif Lain tentang Buku Pendidikan Multikultural di Pesantren Syiah Muhlisin Turkan, Humas Ahlulbait Indonesia (ABI) Jawa Tengah

Perspektif Lain tentang Buku Pendidikan Multikultural di Pesantren Syiah Muhlisin Turkan, Humas Ahlulbait Indonesia (ABI) Jawa Tengah


Hal pertama yang ingin saya sampaikan adalah ucapan selamat dan rasa gembira atas terbitnya buku yang sangat penting ini. Terlebih buku tersebut ditulis oleh dua pakar yang sudah merasakan asam garam dan menikmati lezatnya khazanah kerukunan bermazhab dan beragama di antara Syiah dan Sunni. Saya sebagai salah satu murid kedua penulis buku itu, Ahmad Saefudin dan Fathur Rohman, dan saya kira murid-muridnya yang lain, serta para pencinta kerukunan, kedamaian dan keharmonisan sangat menghargai kehadiran karya penting tersebut.

Ijinkan saya di sini mencoba memberikan apresisi yang sebaik-baiknya untuk buku ini.

Kehadiran buku "Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Syiah" ini setidak-tidakya dinilai penting dari tiga perspektif.

Perspektif pertama, buku ini telah menambah warna terhadap karya-karya tentang kajian kerukunan bermazhab dan beragama di Indonesia utamanya di wilayah Jepara. Kajian-kajian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan adanya trend untuk menulis kajian sejenis di Indonesia terutama di Jepara. Misalnya kajian yang dilakukan oleh Sulaiman berjudul "Relasi Sunni – Syiah: Refleksi Kerukunan Umat Beragama di Bangsri Kabupaten Jepara" pada Januari 2017.  Kemudian "Harmoni di Banjaran: Interaksi Sunni-Syiah" oleh Efa Ida Amaliyah (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (ATIAN) Kudus) terbit pada Mei 2015.

Meski sudah ada karya-karya terdahulu tentang teori-teori Kerukunan Umat Beragama, namun catatan yang ada terhadap karya-karya itu tidak membahas secara luas kaidah-kaidah penelitian dan komparatis dengan teori yang dilakukan oleh para ilmuwan Barat. Dengan demikian, buku "Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Syiah", ini mengisi kekosongan literatur secara teoritik di Indonesia terkait kerukunan umat beragama dan mazhab. Di sisi lain, kemunculan buku ini setidaknya memberikan instrumen baru dalam pemetaan pendekatan kultur budaya masing-masing penganut mazhab (Sunni dan Syiah) di Indonesia antara pendekatan tradisional dan modern sebagaimana dilakukan oleh kedua penulis.  

Perspektif kedua, buku ini dapat dijadikan panduan terutama bagi teman-teman mahasiswa yang hendak melakukan penelitian sejenis yang lebih jauh dan mendalam, dengan catatan tetap harus menjaga objektifitas setinggi mungkin. Karena,  kedua penulis  di dalam prakata telah mengingatkan, (....peneliti yang membaca Syiah dari luar) rentan sekali tergoda unsur subjektifitas dalam menampilkan Syiah sebagai objek riset).” Namun, setidaknya buku ini sudah membahas dan memberikan garis jelas terkait persoalan inti kerukunan umat beragama dengan menyoroti  pendidikan di pondak pesantren Syiah (ponpes Darut Taqrub). 

Setidaknya buku ini merupakan karya sangat berharga karena berisi "rambu-rambu" yang sudah dipatuhi oleh kedua penulis sendiri. Tentu kehadiran buku ini diharapkan dapat meminimalisir “penyimpangan pola pandang” dan “kesalahan-kesalahan paradigma berfikir” dalam memandang Syiah dan komunitasnya. Karena ada  begitu banyak persepsi di tengah masyarakat yang menganggap bahwa akar ketegangan dan ketidakharmonisan dua mazhab besar Islam ini bersumber dari kesalahan teologis dan sengketa pandangan dalam memahami hukum-hukum agama dan ajaran-ajaran Islam itu sendiri.

Perspektif terakhir yang tidak kalah penting adalah semangat kedua penulis dalam membumikan kerukunan, kerharmonisan dan penjagaan kerukunan umat beragama dan mazhab dalam lingkup NKRI dengan terlibat aktif dalam hal ini.

Karena itu, kita berharap para tokoh, sesepuh dan pemangku jabatan baik di pemerintah maupun non pemerintah untuk bersama-sama nyengkuyung dengan menanamkan sikap linuweh dalam diri dan masyarakat agar kita terhindar jebakan dua kutub yang sama-sama buruk, yang disebut kedua penulis sebagai "menang umuk, kalah ngamuk". 
 
Ada banyak kelebihan yang dimiliki buku "Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Syiah" ini. Saya tidak dapat menyebutkan satu persatu. Mudah-mudahan catatan kecil ini sudah dapat mewakili kekaguman saya terhadap kedua penulis, yang Insya Allah tujuan dan efek penelitiannya dapat benar-benar terealisasi, bukan saja di wilayah Jepara, tetapi di seluruh Indonesia. Wallahu a’lam bish-shawab.



Komentar



Berita Sejenis