Bersiaplah di-Isra-Mikraj-kan

Bersiaplah di-Isra-Mikraj-kan

Ahmad Saefudin, M.Pd.I .,
Kepala Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah UNISNU JEPARA

Peringatan Isra-Mikraj adalah malam refleksi. Bagi kita umat Nabi Muhammad SAW. Dengan rentang waktu yang begitu jauhnya dengan peristiwa monumental ini, kita, dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, hanya bisa meraba-raba. Mengambil iktibar semampunya.

Isra-Mikraj adalah bukti. Hidup kita telah diatur oleh Allah SWT. secara seimbang. Allah senantiasa mengiringi kesedihan dengan kebahagiaan. Kondisi gelap, mustahil selamanya. Pasti akan ada titik terang mengikutinya. Boleh jadi kita sedang dirundung kesusahan. Semuanya terasa serbasulit. Semata kesukaran yang selalu menjangkit. Tapi, dengan menyelami Isra-Mikraj, kita lantas yakin. Di balik segala bentuk keruwetan hidup, Allah SWT. telah menyiapkan penghibur hati.

Sebagaimana sering diceritakan oleh para kiai. Isra-Mikraj merupakan pelipur lara. Yang sejak dini sudah dirancang oleh Allah SWT untuk baginda Nabi. Setelah sekian lama menjalani "tahun kesedihan", Amul Huzni. Merana ditinggal pergi kekasih hati. Khadijah al-Kubra, istri setia. Ditambah lagi sungkawa bertubi-tubi. Dengan wafatnya sang paman, Abu Thalib, yang senantiasa menjaga.

Kehilangan mereka berdua, ibarat lepas separuh jiwa. Betapa tersiksanya Baginda Nabi, menghadapi "bully" dan intimidasi yang kian menjadi-jadi. Sejarawan Lesley Hazleton dalam "The First Muslim:

The Story of Muhammad" yang dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi buku yang berjudul "Pribadi Muhammad: Riwayat Hidup sang Nabi dalam Bingkai Sejarah, Politik, Agama, dan Psikologi" menggambarkan secara gamblang perlakuan keji terhadap Nabi Muhammad SAW :

"Ember berisi pasir dituangkan di atas kepalanya saat dia berjalan ke pelataran Ka’bah, dan batu-batu dilemparkan ke arahnya ketika dia mencoba untuk berkhotbah di sana. Bahkan di rumah, dia berada dalam bahaya. Saat dia duduk di halaman rumahnya sendiri, seseorang melemparkan jeroan domba kepadanya, memercikinya dengan darah dan darah kental. Organ tertentu yang dilemparkan adalah yang jelas-jelas merupakan bagian hewan betina, rahim, membuat penghinaan tersebut semakin keji dalam sebuah masyarakat yang sangat didasarkan pada kebanggaan akan kejantanan." (Hazleton, 2015: 163).

Di tengah suasana remuk redam yang demikian, Allah SWT. hadir memberi hiburan. Bersama Jibril, Nabi di-Isra-Mikraj-kan. Menjumpai aneka fenomena di luar penyana awam. Secara langsung. Salah satu rahasia Isra-Mikraj yang jarang dikupas oleh para pendakwah, ialah apa yang diungkap oleh Hazleton berikut ini:

"Entah secara fisik ataukah visioner, realitas sadar ataukah realitas mimpi, Isra Mikraj menandai perubahan yang radikal. Inilah tempat Muhammad pertama kali memahami dirinya bukan semata-mata sebagai seorang utusan, tetapi sebagai seorang pemimpin. Di sinilah, ketika masa depannya di Mekkah paling terasa tidak menentu, dia melihat dirinya dipersiapkan untuk masa depan." (Ibid, 171).

Kita bisa menarik kesimpulan. Jika sekarang Allah SWT. memberi ujian yang seolah tak bertepi, yakinlah. Ia sedang menyiapkan masa depan kita yang lebih cerah. Ketika cobaan sudah dibentangkan, bersiaplah untuk di-Isra-Mikraj-kan.


Komentar



Berita Sejenis